Ykbn– Dua orang pengurus
Yayasan Kalimas Bhakti Negeri mengiikuti Program Pengembangan Wawasan
Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan oleh Lakpesdam PBNU di Jakarta.
Ustadz. Ismail Dede Sumanto dan Ustadz. Maftukhin, pengasuh Majelis
Ta’lim dan TPA al-Ukhuwah “Qoma” berkesempatan mengikuti program yang
diselenggarakan PBNU selama 5 hari mulai tanggal 17 April 2014 melalui
rekomendasi dari Ketua PCNU Pemalang.
Istilah PPWK di era 1980-an cukup popular
di telinga Nahdliyin, terutama kalangan pesantren. PPWK merupakan
program kaderisasi kiai-kiai muda di era Gus Dur saat menjabat sebagai
Ketua Umum PBNU. “Saya berbahagia dan bangga karena PPWK kini bisa
digalakkan kembali oleh Lakpesdam, karena setahu saya, terakhir
dilaksanakan pada era Gusdur dan saya terlibat didalamnya,” kata Ketua
Umum PBNU Said Aqil Siradj di hadapan 25 peserta PPWK Angkatan I di
Jakarta, (17/4).
Calon-calon ulama ini diharapkan kelak
menjadi ulama yang kontekstual, bukan model ulama yang selalu melihat
masa lalu, tapi juga kreatif dan inovatif dalam merespon perkembangan
zaman. Kiai Said lalu memberikan contoh. Dalam memaknai Kitab Kuning,
kiai-kiai di pesantren harus tahu perkembangan kosa kata arab. Ada babus salam, dalam bab muamalah itu adalah pembahasan inden. Kata adh-dhaman
juga harus diartikan ‘bank garansi’, dan seterusnya. “Intinya kitab
kuning bagi kalangan NU itu adalah sumber otentik, tapi cara penyampaian
dan pemahamannya harus kontekstual sesuai perkembangan zaman,”
tandasnya.
Mengapa harus kontekstual? “Karena bunyi firman Allah itu adalah yatafaqqahu fid din.
Fiil yang digunakan adalah fiil mudhari’, bukan fiil madhi. Kalau fiil
mudhari’ ya berarti harus sesuai zaman,” papar Kiai Said. Seandainya
bahasa yang digunakan adalah fiil madhi, maka agama akan menjadi usang
dan kuno serta tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Padahal tidak
begitu, agama harus bisa menjawab tantangan zaman. Karena itulah, kiai
mempunyai peran yang sangat strategis. “Kiai punya tanggung jawab besar
dalam mewujudkan tatanan masyarakat berkeadilan, di mana hak-hak dasar
manusia yang dirumuskan dalam al-kulliyat al-khams terjamin,” ujar Kiai Said.
Terkait dengan agenda PPWK ini, Ketua PP
Lakpesdam NU Yahya Ma’shum mengatakan, ini adalah bagian dari pola
kaderisasi yang tengah dilakukan oleh Lakpesdam. PPWK ini tidak hanya
berlangsung selama empat hari lalu selesai, tidak begitu. Tapi program
ini bersifat berjenjang dan berseri. Jadi, peserta tidak hanya diajak
mendalami khazanah keilmuan keislaman saja, tapi juga dibekali dengan
penguatan analisis sosial, pengorganisasian, advokasi, dan pembelaan
yang tegas kepada masyarakat nahdliyin di akar rumput.